Poltek Batam 2 Oktober 2017- Gedung utama Politeknik Negeri Batam, kali ini menjadi tuan rumah diselenggarakannya FGD ( Forum Group Discus ) antara Politeknik dan beberapa industri di Batam. Dan acara ini di buka langsung oleh Bapak Dr. Priyono Eko Sanyoto selaku Direktur Politeknik Negeri Batam , berikut ini adalah paparan dan kesimpulan dari FGD tentang industri Mold & Die.
Industri Manufaktur di Indonesia bertumbuh, dengan didukung lokal market dengan penduduk 260 juta, serta MEA dengan populasi sekitar 600 juta, membutuhkan dukungan Industri Mold and Die. Industri Otomotif, Elektonik, Packaging, membutuhkan Mold and Die, yang saat ini masih di import ( lebih 60% ), dan peluangnya masih sangat terbuka dan pemerintah sudah membuat program untuk menaikkan TKDN untuk produk produk industri manufaktur. Dan Untuk masuk di Industri Mold and Die dibutuhkan investasi Teknologi dengan didukung mesin mesin yang tepat, dan SDM yang trampil.
Industri Mold and Die wajib dijadikan program strategis nasional oleh pemerintah , dengan pengembangan SDM dan fasilitas Pusat Inovasi Mold and Die, sebagai tempat untuk pengembangan Industri Mold and Die di Indonesia. Dirancang Kolaborasi yang lebih formal antar Stakeholder terkait dengan mengedepankan semangat Lokal dan mempertimbangkan usaha-usaha relevan yang sudah dilakukan secara terpisah (Lokalisasi, Penyiapan SDM, transfer teknologi, dukungan pemerintah, dll), dilanjutkan ‘bagi tugas’ dan langkah kongkrit.
Semua hal itu sangatlah penting, melihat dari banyaknya fakta “Tantangan” yang perlu di garis bawahi di indonesia, Seperti yang dapat kita lihat berikut.
“Tantangan”
- Mold and Die adalah industri antara yang kurang dikenal oleh awam sehingga industri ini kurang mendapatkan perhatian, terutama oleh stake holder / pemerintah.
- Industri ini dituntut mengutamakan Q, C, D untuk mengasilkan produk akhir yang kompetitif , cepat, dan presisi.
- Industri ini syarat dengan investasi teknologi dan SDM, Prinsip 4 M, menjadi hal yang utama , Man , Machine, Methode and Money. Aspek Machine, saat ini sudah berkembang teknologi yang mendukung , antara lain Mesin CNC Milling dari 3 axis sd 5 axi Aspek Man ( SDM ), memerlukan banyak latihan dan praktek untuk mendapatkan pengalaman. Industri ini tidak menarik bagi pemilik modal.
- Mayoritas customer dari industri Mold and Die, adalah perusahaan manufaktur asing/investor asing, sehingga kesempatan untuk industri lokal untuk menjadi supplier, agak lebih sulit
- Masuknya Investor asing Industri Mold and Die.
- Kurangnya sekolah/pendidikan formal untuk jurusan Mold and Die.
- Kurangnya keterlibatan Industri pengguna Mold and Die untuk membagi ilmu dan pelatihannya ke sekolah atau ke industri kecil
- Belum ada PETA Pengembangan Mold Maker Lokal yang melibatkan Stakeholder terkait (Mold Users, Mold Maker Lokal, Asosiasi, Sekolah – Poltek, Pemerintah)
Semoga dengan adanya FGD ini, dapat menjadi solusi untuk lebih memajukan pasar industri Indonesia khususnya di bidang Mold and Die.